Menjadi Dewasa

Papa, 

Sekarang putri kecilmu sudah beranjak dewasa, waktu bergulir begitu cepat. 

Sekarang usiaku sudah hampir dua puluh tiga, tapi hari ini aku seperti manusia tak tahu arah.

Dibalik pintu kamarnya diatas sajadah merah, bulir-bulir air mata turun dari kedua matanya.

Setiap malam tepat pukul setengah empat pagi, aku baru bisa beranjak menuju alam mimpi.

Papa,

Banyak cerita yang ingin aku sampaikan tepat dihadapanmu.

Tentang aku yang hidup tapi terasa seperti dalam penjara.

Tentang kebingunganku menjawab pertanyaan, hidup ini akan dibawa kemana?

Tentang malam panjang yang harus aku habiskan dengan sesak dan takut, 

sebab merasa jauh tertinggal dibelakang.

Tentang bagaimana aku dengan susah payah, mengobati luka-lukaku sendiri dan 

mencoba terus bernafas walau menyerah terasa lebih mudah.

Papa,

Bila menjadi dewasa, akan selalu menjadi hal menakutkan.

Aku ingin kembali menjadi anak kecil yang menangis sebab tidak dibelikan sepatu roda.

Bila bertambah usia, mengurangi waktu tidurnya.

Aku ingin kembali menjadi anak kecil, yang masih punya banyak waktu untuk tidur.

Papa,

Tulisan ini, adalah isi hatiku yang mungkin tidak akan pernah papa baca.

Maaf, sebab aku sering kali keliru dalam menentukan arah.

Maaf, sebab belum mampu menjadi seturut dengan yang papa pinta.

Komentar