" Biar saja menanti, tanpa batas tanpa balas."
Alunan lembut sepotong lirik lagu itu menusuk aku tepat di ulu hati, terbayang satu wajah lelaki yang setiap harinya memenuhi isi kepalaku. Pertanyaan tentang 'kapan ya dia berbalik ke arahku?' atau 'sebenarnya dia tahu engga ya, aku suka dia?' terus berandai-andai, tentang waktu terbaik atau akankah dua anak manusia ini bisa menjalin satu cerita dan berhenti saling mencari makna cukup dari orang lain, lalu memilih saling melengkapi.
Mungkin waktu yang tidak tepat, atau seharusnya perasaan ini tidak pernah ada. Tapi, aku juga cuma manusia kan? tidak bisa diminta untuk menerka atau mengendalikan sesuatu yang kuasanya diluar kemampuanku. Bila jatuh cinta padamu saat ini adalah kesalahan terbesarku, biarkan menjadi pelajaran yang akan aku ingat terus nantinya, kenangan manis yang juga pahit dalam satu waktu.
Mengingat tiap manis ucapan dan suaramu, di detik itu juga hatiku berdenyut perih. Sebab aku seperti hidup diantara dua dunia, dunia pertama adalah dunia nyata yang aku bukanlah tokoh utama dalam cerita ini, melainkan hanya pemeran pendukung saja yang terus mendamba cerita bahagia bersama si tokoh utama. Sedang dunia kedua, adalah dunia khayalan yang hanya bisa kunikmati saat malam hari, aku adalah toko utamanya dan kamu adalah sesuatu yang aku bisa miliki.
Tulisan ini sempat berhenti ditanggal tujuh belas bulan april tahun dua ribu dua puluh dua, iyaa hampir setahun tulisan ini tidak dilanjutkan karna aku si penulis mendadak kehilangan sebagian memori tentang dirimu, atau mungkin lebih tepatnya masih memaksakan harapan semu itu masih akan menjadi cahaya.
Beberapa bulan setelah tulisan ini sempat berhenti, aku kembali menyibukkan diri dengan aktifitas dengan harapan bisa kembali terbiasa menerima sebuah kehilangan walaupun sepertinya kepulanganmu adalah hal yang paling aku semogakan di tiap waktu yang terselip doa kecil disana.
Cukup lama tidak mencari tahu kabarmu disana, terakhir kali yang aku lihat dari postingan media sosialmu, sedang tampak bahagia karna akhirnya selesai sudah perjalanan panjangmu sebagai koboi kampus dengan menyandang gelar sarjana. Dalam foto itu, tampak potret diri mengenakan setelan jas yang gagah dan raut wajah cukup lega dengan senyuman yang masih saja selalu bisa membuatku mendadak ikut tersenyum hanya dengan melihatnya, jadi selamat untuk itu ya!
Lalu akhir dari cerita ini apa? Sepertinya siapapun yang membaca sudah bisa menebak akhir dari ceritanya. Kami hidup di jalan masing-masing dan kembali menjadi dua orang yang tidak saling kenal, masih menyimpan kontak tapi hanya jadi sekedar nama saja tidak lagi saling bertukar sapa bahkan cerita.
Dia sudah dengan hidup baru dan akhirnya bisa merelakan masa lalu yang selalu membuat hatinya lemah tiap kali mengingatnya, sekarang hidup bahagia bersama perempuan beruntung yang sudah pasti sangat dicintainya.
Dan bagaimana aku? sudah lama merelakan kepergiaan dan perasaanku yang belum sempat dan mungkin tidak akan terbalas lagi, tetap melanjutkan hidup seperti biasa sebelum mengenal dia dan semua cerira-ceritanya.
Kalo saat nanti, abang punya waktu untuk mampir kesini dan membacanya sampai habis. Tulisan ini memang dibuat khusus untuk mengenang abang dan memori kecil yang sempat dititipkan, karna senang rasanya sempat menjadi tempat berbagi untuk segala resah dan luka. Perasaanku memang sudah lama selesai, tapi cerita kita abadi dalam sepotong tulisan ini.
Komentar
Posting Komentar