Cerita Lama

Ketika menuliskan ini, aku sedang berada di restoran cepat saji, sedang mencari udara segar untuk melanjutkan skripsi. Sembari menunggu makananku tiba, aku melihat sekeliling mencari posisi nyaman untuk duduk, dan aku memilih meja yang langsung menghadap ke jalan raya. tidak ada alasan khusus kenapa yang kupilih adalah meja yang langsung berhadapan dengan jalan raya, entah mengapa ini selalu jadi tempat terbaik untuk duduk.

Beberapa menit kemudian, aku melihat segerombolan remaja datang dari arah pintu masuk dengan pakaian khas putih abu-abu yang masih melekat tidak lupa dengan sweater warna-warni juga sepatu kets putih yang menambah kesan cewek populer disekolah. Beberapa dari mereka mencari tempat duduk, dan yang lain memesan makanan, dan disinilah mereka tepat disamping meja yang aku pilih. Namun sepertinya, mereka kekurangan kursi dan meja lalu menoleh kesamping ditempat aku sedang duduk, salah satunya berkata "Kak, maaf ini kursinya kosong ya?" lalu aku memberi isyarat anggukan kepala dan senyum tipis seraya mempersilakan untuk mengambil tempat kosong itu, setelahnya gadis mungil itu berterimakasih, dan hanya kubalas dengan senyum tipis.

Makananku tiba lebih dulu daripada meja disebelahku, saat aku sedang menikmati makananku sambil memperhatikan orang-orang dan kendaraan yang lalu lalang dari tempatku, sekumpulan remaja itu tengah asyik bercerita dan aku pun bisa mendengar percakapan mereka dari mejaku. Rupanya mereka sedang bercerita tentang cerita cinta, iya cerita cinta khas anak SMA. Apalagi kalo bukan jatuh cinta sama kakak kelas atau anak sekolah lain hahaha.

Cerita mereka membawa ingatanku kembali, pada tiga tahun lalu saat aku juga masih duduk dibangku SMA. Kalo tidak salah, saat itu aku masih kelas sebelas dan baru belajar menjadi kakak kelas yang sok galak dan punya geng, tapi bukan itu yang ingin kuceritakan disini. Aku ingin bercerita tentang sosok yang tiba-tiba muncul dalam ingatanku ketika mendengar percakapan mereka yang duduk disebelahku,

Dia laki-laki yang membuatku lupa pada cinta pertamaku sejak SMP, kami saling kenal karna  menonton pertandingan basket antar sekolah. Dia laki-laki biasa saja dan tidak pernah terpikir akan menjadi sedekat itu, berawal dari perkenalan tidak sengaja akhirnya kami mulai akrab, sering mengobrol di chat sampai tengah malam, memberi sapaan selamat pagi dan malam, menyemangati dan mengingatkan hal-hal kecil satu sama lain, saat itu terasa sangat menyenangkan, kami sering menghabiskan waktu bersama ketika libur sekolah. Sampai akhirnya, beberapa teman mengira bahwa kami berpacaran saat itu, Tapi kupikir kami memang terlihat seperti sepasang kekasih namun, baginya aku hanya sekadar teman dekat saja.

Cerita kami tidak berlangsung lama hanya enam bulan saja, saat ujian kenaikan kelas tiba kami berhenti bertemu dan berbicara karna sementara ingin fokus dengan ujian. Tetapi setelah ujian kenaikan kelas selesai, dia tidak pernah lagi membalas pesan-pesankuku. Aku sempat berfikir apa aku membuat kesalahan? dan semua rasa penasaranku akhirnya terjawab, satu bulan setelah dia menghilang tanpa kabar, ada seorang temanku memberi tahu bahwa dia sudah menjalin hubungan dengan sahabat perempuannya. 

Bingung dan terkejut, mungkin itu kata-kata yang dapat menggambarkan perasaanku saat itu. Aku tidak tahu harus ikut senang atau menangis tersedu-sedu, sebab seseorang yang sempat sangat dekat denganku, secara mengejutkan sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain tanpa memberi aku kabar atau ucapan perpisahan, kami mulai menjadi asing dan sibuk dengan hidup masing-masing, dan tiap kali bertemu tanpa sengaja kami saling menghindar seolah tidak pernah ada apa-apa.

Tapi beberapa waktu setelahnya, perasaan sesak dan sedih itu mulai mengusik kehidupanku. Dan aku mulai mengerti, perasaanku saat itu bukan hanya sekadar pertemanan dan aku berharap lebih dari tiap waktu dan cerita yang kita habiskan. Tapi aku masih terlalu muda untuk depresi karna cinta, sebab setelahnya aku malah menjalin hubungan dengan kakak kelasku semasa SMA, ya walaupun hubungan kami tidak lama sebab satu dan lain hal tapi aku merasa terobati akan kehadirannya saat itu.

Kalau nanti, mungkin kamu sempat singgah dan membaca tulisanku ini. Semoga kabarmu baik-baik saja disana ya, aku disini hidup dengan baik dan bahagia jadi kalau kamu khawatir itu tidak perlu ya.

Komentar